Fathonah Sri Utami

Bisa itu karena terbiasa, maka akupun kepengin bisa, mulai kubiasakan agar aku bisa. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pahitnya Madu

Kudapati Myta sahabatku duduk termenung di teras depan rumahku. Pecah tangisnya seketika saat aku datang turun dari sepeda motoku. Kebetulan aku baru saja pulang mengantar anakku pergi les.

Ku ajak Myta masuk ke dalam rumahku. Kuambilkan segelas air untuknya, sambil perlahan aku menenangkannya. ‘Sabar Myta, sabar. Menangislah jika akan membuatmu lebih lega’ bujukku sambil kuberikan beberapa helai tisu untuknya.

Setelah isak tangisnya reda, Myta mulai megeluarkan isi hatinya. “Bantu aku untuk lari dari sumiku, Tari”. Kalimat pertama itu diucapkan Myta padaku setelah tangisnya reda. “Mengapa kamu mau lari dari suamimu Myta? Tanyaku balik.”

Sambil kupegangi tangan sahabatku ini untuk sekedar menenagkannya, kusimak ceritanya mengapa sampai dia nekat lari seperti ini’. Aku pengin pisah saja dengan suamiku Tari, ‘ujar Myta, dengan suara paraunya’. Aku sudah tidak kuat lagi. Semalam tanpa sengaja aku membuka HP suamiku, ternyata dia ada wanita lain. ‘kembali Myta melanjutkan ceritanya’.

“Apa kamu yakin, suamimu melakukan itu semua Myta?”. Tanyaku. ‘Myta menjawab dengan anggukkan kepalanya. Sembari Myta melanjutkan ceritanya, aku hanya bisa diam mendengarkannya’.

Sebenarnya aku sudah lama mencurigai gerak-gerik mas Toni, Tari. ‘bisik Myta disela isaknya, sambil kulihat kembali tetes air mata di pipinya’. Saat aku hamil Arjuna Mas Toni mulai berubah. Mas Toni sering pulang larut malam. Mas Toni sering diam-diam ditengah malam menerima telefon entah dari siapa.

Karena itulah aku mulai menyelidikinya, ‘ujar Myta melanjutkan ceritanya’. Aku baru berani bercerita ini kepadamu Tari, setelah semuanya benar adanya. Wanita itu bernama Juliana, dia sekarang sedang hamil anak Mas Toni. Dalam pecakapannya di WA Juliana sedang meminta Mas Toni untuk menikahinya.

Sesak rasanya dada ini mendengar cerita Myta sahabatku ini, rasanya hatiku ikut nyeri karena luka’. “Apa kamu sudah bertanya baik-baik pada Mas Tonimu, tentang Juliana?”. Tanyaku pelan pada sahabatku Myta. “Sudah Tari, kemarin malam saat Mas Toni melihat aku membuka HP dia”. “Lalu apa penjelasan Mas Toni, tentang Juliana?”.

“Mas Toni meminta ijin padaku untuk menikahi Juliana”. ‘Myta menjelaskan atas pertanyaanku padanya’. “Makanya aku pergi Tari, aku tingalkan Mas Toni dan Arjuna yang sedang tertidur lelap semalam”. Jelas Myta sambil pecah kembali tangisnya.

Keesokan harinya, setelah kubiarkan sahabatku Myta beristirahat dan menenangkan hatinya di kamar tamuku. Aku mulai membujuk sahabatku ini untuk pulang ke rumahnya, menemui suami dan anaknya. Menyelesaikan baik-baik kemelut rumahtangganya dengan hati yang sabar dan kepala dingin. Mencari jalan keluar yang terbaik, dengan senantiasa berserah diri pada Allah.

Walau bagaimanapun kedekatanku dengan Myta sahabatku, aku tak berhak terlalu dalam mencampuri urusan rumahtangganya. Aku hanya siap menjadi pendengar yang baik, untuk sekedar mengurangi beban hatinya.

Kuantar sahabatku Myta pulang ke rumahnya. Nampak dari kejauhan sosok pria dengan muka kusut menggendong anak laki-laki yang sedang menangis meronta.

Bergegas Myta turun dari mobil, berlari meraih anak kecil yang ada di gendongan pria bermuka kusut tanpa memperdulikan aku yang masih duduk di dalam mobil. Dialah Mas Toni dan Arjuna, suami dan anak semata wayang Myta sahabatku.

Akupun turun menyusul Myta, yang sedang memeluk Arjuna buah hatinya dengan air mata terus mengalir deras membasahi pipinya. “Masuklah Tari, maaf berantakan”. Sapa Mas Toni padaku dengan lirih.

Delapan tahun telah berlalu, saat sahabatku Myta hampir saja kehilangan maghligai rumah tangganya. Kini Myta sudah bahagia dengan keluarga utuhnya, Mas Toni, Arjuna anak lelaki Myta dan Jelita anak perempuan Juliana dan Mas Toni.

Setelah dinikahi Mas Toni, dengan seijin Myta dan keluarganya, Juliana meninggal saat melahirkan Jelita karena pendarahan berat. Namun Myta dengan sabarnya merawat dan membesarkan Jelita tanpa mendendam.

Sesungguhnya kebahagiaan rumahtangga itu membutuhkan kedua belah pihak, suami dan istri sebagai perancangnya. Suami berperan menjadi imam yang baik untuk istri dan anak-anaknya, begitupun istri berperan sebagai pasangan yang mampu melengkapi kekurangan imamnya.

Tak ada kesempurnaan di dunia ini yang dimiliki manusia. Kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza Wa Jalla.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih, masih belajar.....

22 Mar
Balas

mantapz bunda cerpen nya sukses selalu

22 Mar
Balas



search

New Post